Selasa, 07 Agustus 2018

Ini Penyebab Gempa 7 SR yang Menewaskan 91 Orang di NTB



Bospelangi Gempa 7 skala Richter (SR) mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) kemarin menewaskan 91 orang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan penyebab gempa.
Gempa terjadi dua kali, yaitu pada 29 Juli dan 5 Agustus. Pada 29 Juli, kekuatan gempa adalah 6,4 SR. Tapi, gempa 5 Agustus kemarin kekuatannya 7 SR.
"Gempa ini terjadi karena aktivitas sesar naik di belakang busur Flores yang disebut dengan Flores Back Arc Thrust. Ini sesar naik yang berada di busur vulkanik antara Nusa Tenggara dan Lombok," kata Kepala PVMBG Kasbani di Kantor PVMBG, Kota Bandung, Senin (6/8/208).
Selain menewaskan 91 orang, banyak bangunan rusak akibat gempa tersebut.
PVMBG sendiri sudah mengirimkan tim dengan latar belakang ahli di bidang gempa bumi dan gerakan tanah ke Lombok sejak gempa pada 29 Juli lalu. Tim itu bertugas melakukan penelitian di sana, khususnya selama masa tanggap darurat. #WebsiteTerpercaya

Saat ini, PVMBG masih menunggu laporan terkini dari tim yang dikirim ke sana. Sambil menunggu hasilnya, PVMBG mengimbau masyarakat untuk menerapkan kewaspadaan.
"Tentunya kami dari tim Badan Geologi, hasilnya tentu menunggu (dari anggota tim) ya. Masyarakat diharapkan tetap tenang, mengikuti arahan dari pemda di sana dan juga mengikuti informasi terkait kegempaan di situ (dari pihak terkait)," jelas Kasbani. #Prosescepat
Kasbani mengatakan, kawasan Lombok dan sekitarnya tersusun dari batuan vulkanik dan banyak terdapat sesar. Jika terjadi gempa, sesar-sesar itu akan teraktifkan sehingga menimbulkan gerakan berujung rekahan sesar. Dampaknya, banyak bangunan yang akan terdampak, mulai dari retak hingga roboh.
Soal tingkat kerawanan gempa di kawasan Lombok dan sekitarnya, berdasarkan peta rawan bencana yang dirilis PVMBG, kawasan itu berpotensi mengalami gempa bumi dengan skala menengah.
"Daerah lombok dan sekitarnya, terutama daerah utara, itu mempunyai kerentanan menengah. Dia ada potensi untuk terjadi goncangan disitu sekitar 7-8 skala MMI, artinya ini bangunan-bangunan yang kualitas tidak bagus akan roboh," papar Kasbani. #BonusSpesial

http://hokipelangi.com/Register.aspx?lang=id

Hal itu tentu jadi cermin bagi pemda dan masyarakat setempat. Sehingga, ke depan bangunan-bangunan yang ada harus sesuai standar. Tujuannya agar bangunan tidak mudah terdampak saat terjadi gempa bumi.
Kasbani sendiri sudah memantau secara langsung ke lokasi setelah gempa pada 29 Juli lalu. Hasilnya, terlihat bangunan di sana banyak yang tidak memenuhi standar. Sehingga ketika terjadi gempa besar, banyak yang retak dan roboh. #MudahMenang
"Sebagian besar iya (tidak memenuhi standar). Saya sendiri berada di sana pada saat itu, kami melakukan pemantauan, bangunan-bangunan di situ tidak memenuhi standar teknis yang ada," ucap Kasbani.


0 komentar:

Posting Komentar